Sabtu, 16 Juli 2011

Mencari Jejak Politisi Santun di Proyek BUMN

Jejak Anas Urbaningrum dalam proyek APBN dan APBD mulai ramai diberitakan. Ketua Umum Partai Demokrat ini diduga ikut bermain di proyek Badan Usaha Milik Negara.

 
ANAS–yang beken dijuluki politisi santun itu—ditengarai lewat pengaruh Partai Demokrat, masuk dengan bendera PT Dutasari Citralaras. Kebetulan perusahaan tersebut dipegang istrinya, Athiyyah Laila, terlibat dalam kegiatan bisnis dengan PT Adhi Karya, yang merupakan perusahaan pelat merah di bidang barang dan jasa untuk pembangunan di Indonesia.

PT Dutasari adalah perusahaan yang terlibat bisnis dengan BUMN konstruksi PT Adhi Karya. Di mana dalam laporan keuangan PT Adhi Karya tahun 2009 dan 2010, PT Adhi Karya memiliki utang ke PT Dutasari Rp 64,49 miliar pada tahun 2008 berkurang menjadi Rp 20,13 miliar pada tahun berikutnya dan Rp 3,9 miliar pada tahun 2010. Anas sendiri enggan berbicara panjang lebar atas perusahaan yang dimiliki istrinya pada media. “Tidak ada hal itu dan terimakasih,” tampik Anas, singkat.

Dugaan keterlibat Anas dalam mafia proyek untuk PD terungkap melalui pesan dari Blackberry Messenger (BBM) Nazaruddin yang secara jelas menunjuk Anas terlibat dalam beberapa penunjukkan pemenangan tender di beberapa BUMN dengan menggunakan PT Dutasari. Ketika masih menjabat bendahara umum alias penguasa logistik partai, peran Nazaruddin sangat signifikan dalam mengumpulkan pundi-pundi, sekaligus membelanjakannya untuk aktivitas partai.

Nazaruddin menggunakan berbagai cara untuk mengkapitalisasi kekuasaan Partai Demokrat, sebagai Partainya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dengan leverage tersebut, mantan anggota Komisi III DPR ini, kerap mendapatkan keuntungan fantastis dari berbagai proyek berbasis APBN.

Bahkan tudingan terhadap Anas terlibat dengan sepak terjang politik dan bisnis Nazaruddin, tidak terelakkan. Keberadaan Anas Urbaningrum yang disebutkan sebagai Komisaris di PT Panahatan, yang bergerak di sektor perkebunan wilayah Duri, Riau, tidak bisa dilepaskan dari peran Nazaruddin sebagai Presiden Komisaris. Perusahaan di wilayah Riau ini dipimpin langsung Muhammad Nasir, yang tidak lain Kakak Sepupu Nazaruddin.

Perusahaan yang sebenarnya diotaki Nazaruddin, juga bergerak di sektor konstruksi dan alat-alat kesehatan. Secara politik pun, keduanya sama-sama menjadi anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat. Sedangkan dari sisi bisnis, mereka bertiga sama-sama memiliki saham di PT Panahatan. Anas disebutkan memiliki 35 persen dan Nazaruddin juga 35 persen. Sedangkan sisa 30 persen, dimiliki oleh Nasir yang kini tercatat sebagai anggota Komisi III DPR.

Seperti dikutip Tempo, nama Athiyyah tercatat dalam dua akta perubahan PT Dutasari. Pertama, dalam akta nomor 70 tanggal 30 Januari 2008, Athiyyah tercatat sebagai pemegang 1.650 lembar saham (senilai Rp 1,6 miliar) dan sebagai komisaris PT Dutasari. Lalu, pada akta nomor 11 tanggal 10 Maret 2008, Athiyyah masih tercatat sebagai pemegang 1.100 saham.

Direktur PT Dutasari Roni Wijaya juga mementahkan penjelasan Athiyyah. Menurut Roni, Athiyyah pernah setahun menjadi komisaris PT Dutasari. “Tapi dia jarang aktif,” ujar Roni saat ditemui di kantor PT Dutasari, di Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan. Menurut Roni, Athiyyah sudah keluar dari Dutasari sejak Januari 2009. Tapi, setelah Athiyyah keluar, akta pendirian perusahaan Dutasari belum diubah.

Direktur Utama PT Dutasari Machfud Suroso juga memberi keterangan yang tidak sinkron dengan koleganya. Saat pertama kali ditelepon Kamis lalu, Machfud mengaku tak mengenal Athiyyah. “Siapa dia, siapa?” tanya Machfud. Padahal, dalam akta perusahaan nomor 70 tanggal 30 Januari 2008, Machfud dan Athiyyah tercantum dalam susunan pengurus perusahaan.

Meski menyangkal mengenal Athiyyah, Machfud mengaku pernah bergabung dengan PT Dutasari karena tergiur proyek. “Waktu itu ada yang mau bikin hotel di Jakarta, tapi enggak jadi,” ujar Machfud. Setelah urusan proyek itu gagal, Machfud mengaku pecah kongsi dengan Dutasari. Dia kemudian mendirikan perusahaan lain, PT Selaras Bangun Abadi Citra Laras.

Machfud juga  mengaku mengenal Anas Urbaningrum. Menurut Machfud, Anas adalah adik kelas dia. “Di kampung, dia adik kelas saya,” kata Machfud tanpa menjelaskan pada jenjang pendidikan apa Anas menjadi juniornya.

Cahaya Hakim
http://monitorindonesia.com/?p=38976

Tidak ada komentar:

Posting Komentar