Kamis, 21 Juli 2011

Melawan Nazaruddin, Satukan Suara di Wisma Negara

Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Mohammad Nazaruddin kembali buka suara. Dari tempat rahasia, borok-borok elite Partai Demokrat di bawah komando Ketua Umum Anas Urbaningrum dibongkar.

DALAM kesaksiannya yang disiarkan Metro TV, Selasa (19/7/2011) sore, Nazaruddin menyebutkan sejumlah nama yang merekayasa kasusnya.Beberapa nama yang disebut Nazaruddin adalah Anas Urbaningrum, Andi Malarangeng, Benny K Harman, Mirwan Amir dan Angelina Sondakh.

Anas yang selama ini dijuluki politisi santun itu diduga melakukan rekayasa dalam proyek Wisma Atlet. Menurut Nazaruddin, Wisma Atlet itu adalah anggaran yang dialokasikan pada APBN-P 2010 dan mulai dibahas Januari 2010.

‘’Posisi Anas waktu itu Ketua Fraksi Demokrat. Pertemuannya ada, pertemuan dengan Andi Malarangeng di lantai 10 di Arcadia, semua ada buktinya. Yang menjalankan teknisnya Angelina Sondakh,’’ ujar Nazaruddin.

Suara miring Nazaruddin itu sontak membuat panas kuping Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono. Anas Urbaningrum, bersama pengurus elite partai dipanggil mendadak ke Wisma Negara, Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 20 Juli 2011.

Pertemuan digelar tertutup mulai pukul 17.00 WIB. Tak diketahui untuk apa pemanggilan itu, namun jelas diduga terkait soal tudingan mantan Bendahara Partai Demokrat Nazaruddin soal adanya kesepakatan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dengan KPK.

Dari pantauan Monitor Indonesia, Anas tiba dengan kendaraannya Toyota Alphard B 69 AUD. Tampak pula, putra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono. Lalu Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat Andi Mallarangeng.

Mobil para pimpinan Partai Demokrat itu keluar dari Wisma Negara pukul 18.00 WIB. Namun, para petinggi Demokrat ini tidak memberikan keterangan apapun. Wartawan yang menunggu di luar wisma sempat berusaha mencegat mobil yang keluar, namun mereka tetap melajukan mobilnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha meminta semua tudingan yang disampaikan Nazaruddin disertai bukti yang kuat dan akurat. “Yang lebih penting, Nazaruddin bisa menyampaikan bukti apa yang disampaikan ke ruang publik,” katanya. Sehingga bukti yang disampaikan itu, lanjut Julian, bisa direspon aparat penegak hukum dari keterangan dan bukti dari Nazaruddin.

Staf Khusus Presiden Bidang Hukum Denny Indrayana mengatakan Komisi Pemberantasan Korupsi lebih bisa dipercaya dibandingkan bekas Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin yang kini menjadi tersangka kasus suap pembangunan wisma atlet. Denny mengatakan, Nazaruddin seorang buron dan ditetapkan sebagai tersangka. “Orang yang sedang terjepit masalah hukum bisa bicara apa saja,” kata Denny di Istana Presiden, Rabu 20 Juli 2011. Tampaknya, kini semuanya serempak cuci tangan?

Indra Maliara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar