Desakan Kongres Luar Biasa (KLB) yang terus digulirkan oleh kader Partai Demokrat, Ketua Umum Anas Urbaningrum seakan hilang diterpa angin. KLB Patut digelar dengan alasan partai berlambang mercy ini penuh dengan berbagai masalah hukum yang melibatkan para petinggi partai.
KASUS suap pembangunan proyek wisma atlet dengan tersangka mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin sejak pemilu 2009 lalu menjadi teman Anas Urbaningrum. Saking dekatnya, Nazaruddin kemudian menjadi tim sukses Anas pada Kongres Demokrat, dan kemenangan bagi Anas, mengalahkan Andi Mallarangeng, juga Marzuki Alie.
Dalam perjalanannya, pasca-tertangkapnya Sesmenpora Wafid Muharram oleh KPK, kini keduanya saling bermusuhan. Anas melalui tim hukumnya, kemudian melaporkan Nazaruddin ke Mabes Polri. Nazaruddin kemudian mengungkap, termasuk melalui pengacaranya, OC Kaligis soal aliran uang ke Anas Urbaningrum.
Waktu terus berjalan, kini berkembang wacana untuk diselenggarakannya Kongres Luar Biasa (KLB) pasca Rakornas Demokrat, 23 Juli mendatang. Bahkan, mantan Sekjen DPP PD yang kini Wakil Ketua Dewan Pembina Demokrat, Marzuki Alie mengirim pesan singkat kepada SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Demokrat, yang intinya, turun tangan membenahi partai. Apakah SMS Marzuki Alie ke SBY menjadi sinyal keresahan kader Demokrat untuk menggelar KLB, mengganti Anas Urbaningrum? Jauh-jauh hari, Marzuki Alie sudah menegaskan, agar Demokrat jangan sampai ada KLB.
Namun, dari sumber yang didapat, SMS Marzuki Alie itu, kemudian dimanfaatkan oleh kubu di internal Demokrat, agar SBY merestui KLB. “Yang membuka SMS Pak Marzuki Alie itu, kubunya Andi. Maksudnya, KLB dapat dilakukan,” katanya kepada Monitor Indonesia. Ia meminta agar namanya tak disebut. Kemudian membenarkan, ada gerakan untuk membersihkan orang-orang bermasalah di Demokrat, dengan cara menggelar KLB.
"Sudah tak ada komunikasi yang berjalan dengan baik saat ini di internal Demokrat. Kelihatannya, Pak SBY memang kecewa dengan kondisi Demokrat saat ini. Bisa saja KLB tak dapat dihindari,” ujarnya. Kesan meminta restu agar ada KLB, katanya, mudah dibaca. SMS Marzuki Alie khusus kepada SBY, sengaja dibuka agar diketahui publik sehingga KLB tak dapat dihindarkan. Dengan maksud, agar KLB direstui oleh SBY.
Seorang petinggi Demokrat, Hengky Luntungan kemudian secara tegas meminta kepada muka-muka baru di partai yang didirikannya itu, untuk keluar, bila hanya membuat masalah. Namun, Hengky tidak dalam posisi setuju atau tidak KLB dilakukan.
“Partai ini didirikan bukan untuk cari keuntungan dengan korupsi, kemudian berlindung. Dari pada memalukan Demokrat dan Pak SBY, lebih baik keluar saja, tanpa harus dikeluarkan,” tegas Hengky Luntungan.
Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Indonesia, Arbi Sanit, menilai Partai Demokrat perlu menggelar KLB untuk memperbaiki kondisi dan citra partai. Menurutnya, Partai Demokrat hanya hanya memiliki waktu 3 tahun untuk memperbaiki partai.
“Semua kader yang diduga terlibat harus dihadirkan dan diproses di sidang kode etik,” kata Arbi di Jakarta, Minggu (10/7/2011). Arbi menilai hal itu sebagai bentuk keprihatinan walaupun ada nuansa persaingan elite Partai Demokrat. Meski demikian, Arbi mengatakan pembenahan itu perlu dilakukan dengan penyelesaian sidang etik dan penataan ulang kepengurusan melalui KLB.
Menurutnya, kader yang disebut-sebut Nazaruddin terlibat dalam sejumlah kasus itu memang harus segera diproses. Meskipun secara hukum belum terbukti, secara etik seharusnya bisa diproses. “Meski dugaan dan tudingan, tapi sekian persennya ada alasan, itu bisa digunakan memproses mereka,” kata Arbi.
Arbi mengungkapkan langkah ini sebagai upaya mencegah hancurnya popularitas Partai Demokrat yang kini terus merosot. Publik akan menilai partai ini tidak memiliki komitmen pada partai yang bersih. Jika hal ini tidak dilakukan, maka akan memberikan peluang besar bagi Partai Golkar untuk melejit popularitasnya. Bukan karena kinerjanya baik, tapi karena ketidakpercayaan publik kepada partai lainnya.
Arbi mengingatkan agar Partai Demokrat berhati-hati melakukan rekrutmen kader. Selama ini, partai kendaraan SBY itu hanya ‘asal comot’ kader instan dari partai lain. Menurutnya, kader ‘kutu loncat’ itu justru akan menggerogoti partai karena dari tempat asalnya orang tersebut tentu kader yang gagal, membawa dosa lama, dan pasti memiliki kepentingan.
■ Cahaya Hakim
http://monitorindonesia.com/?p=37953
Tidak ada komentar:
Posting Komentar