Diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya, bendera merah putih akan dikibarkan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/8/2011), dalam upacara kenegaraan memperingati 66 tahun Kemerdekaan Indonesia.
RITUAL tahunan ini juga akan semarak di seluruh penjuru Tanah Air dan mancanegara. Peringatan hari kemerdekaan tahun ini semakin istimewa, karena bertepatan dengan bulan Ramadhan. 66 tahun lalu, tepatnya 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Soekarno-Hatta juga jatuh pada bulan Ramadhan. Komplit sudah.
“Jepang tidak sadar, karena mengira ini adalah perayaan Ramadhan. Mereka kan pahamnya setiap puasa ya begini yang terjadi, ada pawai obor. Padahal pawai ini juga spesial, karena rakyat senang dengan Indonesia yang merdeka. Tapi saya tidak tahu Jepang yang menjaga jalan-jalan tempat pawai itu tidak ngeh atau memang tidak semangat lagi mencegah orang Indonesia merdeka. Karena tahu sudah kalah perang, lebih baik berpikir segera pulang,” kenang Tubagus Dudum Sonjaya, salah seorang saksi hidup saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan Ir. Soekarno di Kesatrian Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
Namun, setelah 66 tahun bebas dari belenggu penjajah, harapan menjadi bangsa yang berdaulat seperti diamanatkan para pendiri bangsa, masih jauh panggang dari api. Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah tetap saja dinikmati bangsa lain, dengan menyisihkan sedikit bagi mereka yang duduk di tampuk kekuasaan. Praktik korupsi plus manipulasi kasus semakin menggurita. Hasilnya, utang Indonesia semakin membengkak hingga ribuan triliun rupiah. Rakyat jelata tentu semakin menderita, karena berteriak, sekalipun tiada gunanya.
Hingga Juli 2011, total utang pemerintah Indonesia sudah mencapai Rp 1.733,64 triliun. Artinya, dalam sebulan saja, utang pemerintah naik sebesar Rp 9,5 triliun dibanding Juni 2011 yang sebesar Rp 1.723,9 triliun. Jika dibandingkan dengan jumlah utang pada Desember 2010 yang sebesar Rp 1.676,85 triliun, jumlah utang hingga Juli 2011 membengkak Rp 56,79 triliun. Demikian data yang dirilis Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu yang dikutip Senin (15/8/2011).
Sindiran Indonesia hanya menang di usia, sepertinya relevan dengan kondisi saat ini. Pasalnya, negara Singapura yang merdeka pada 9 Agustus 1965, sudah lebih dulu menikmati betapa indahnya kemerdekaan itu. Singapura adalah lokomotif ekonomi ASEAN, dan satu-satunya negara Asia dengan taraf hidup setara Swiss di Eropa. Meski luas Singapura hanya secuil wilayah Indonesia, tetapi kemajuan teknologi dan militer Singapura tetap paling wahid. Menyesakkan lagi, negeri Singa itu kini menjadi ‘surga’ bagi para koruptor Indonesia.
Beralih ke negeri jiran Malaysia, yang resmi berdiri pada 31 Agustus 1957. Walau umur Malaysia lebih muda 12 tahun dari Indonesia, tetapi nyatanya mereka terbukti lebih maju. Memprihatinkan lagi, Malaysia tercatat sebagai negara pengimpor Tenaga Kerja Indonesia. Itu artinya, lapangan pekerjaan di sana jelas lebih terbuka ketimbang di sini.
Singapura dan Malaysia telah membuktikan bagaimana sebenarnya cara mengisi kemerdekaan itu. Sedangkan bendera merah putih hanya mampu berkibar meski belum berjaya. Isu korupsi yang berakibat pada kemiskinan dan terorisme yang bersaudara dengan gerakan separatisme agaknya hanya berhenti pada wacana elit politik negeri ini. Kalaupun ada impian ingin menjadikan Indonesia sebagai negara maju, sepertinya itu hanya ada pada pelajaran-pelajaran sekolah. Lalu, benarkah Indonesia sudah merdeka?
■ Ishak H Pardosi
http://monitorindonesia.com/?p=44531
http://monitorindonesia.com/?p=44537
http://monitorindonesia.com/?p=44565
RITUAL tahunan ini juga akan semarak di seluruh penjuru Tanah Air dan mancanegara. Peringatan hari kemerdekaan tahun ini semakin istimewa, karena bertepatan dengan bulan Ramadhan. 66 tahun lalu, tepatnya 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Soekarno-Hatta juga jatuh pada bulan Ramadhan. Komplit sudah.
“Jepang tidak sadar, karena mengira ini adalah perayaan Ramadhan. Mereka kan pahamnya setiap puasa ya begini yang terjadi, ada pawai obor. Padahal pawai ini juga spesial, karena rakyat senang dengan Indonesia yang merdeka. Tapi saya tidak tahu Jepang yang menjaga jalan-jalan tempat pawai itu tidak ngeh atau memang tidak semangat lagi mencegah orang Indonesia merdeka. Karena tahu sudah kalah perang, lebih baik berpikir segera pulang,” kenang Tubagus Dudum Sonjaya, salah seorang saksi hidup saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan Ir. Soekarno di Kesatrian Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
Namun, setelah 66 tahun bebas dari belenggu penjajah, harapan menjadi bangsa yang berdaulat seperti diamanatkan para pendiri bangsa, masih jauh panggang dari api. Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah tetap saja dinikmati bangsa lain, dengan menyisihkan sedikit bagi mereka yang duduk di tampuk kekuasaan. Praktik korupsi plus manipulasi kasus semakin menggurita. Hasilnya, utang Indonesia semakin membengkak hingga ribuan triliun rupiah. Rakyat jelata tentu semakin menderita, karena berteriak, sekalipun tiada gunanya.
Hingga Juli 2011, total utang pemerintah Indonesia sudah mencapai Rp 1.733,64 triliun. Artinya, dalam sebulan saja, utang pemerintah naik sebesar Rp 9,5 triliun dibanding Juni 2011 yang sebesar Rp 1.723,9 triliun. Jika dibandingkan dengan jumlah utang pada Desember 2010 yang sebesar Rp 1.676,85 triliun, jumlah utang hingga Juli 2011 membengkak Rp 56,79 triliun. Demikian data yang dirilis Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu yang dikutip Senin (15/8/2011).
Sindiran Indonesia hanya menang di usia, sepertinya relevan dengan kondisi saat ini. Pasalnya, negara Singapura yang merdeka pada 9 Agustus 1965, sudah lebih dulu menikmati betapa indahnya kemerdekaan itu. Singapura adalah lokomotif ekonomi ASEAN, dan satu-satunya negara Asia dengan taraf hidup setara Swiss di Eropa. Meski luas Singapura hanya secuil wilayah Indonesia, tetapi kemajuan teknologi dan militer Singapura tetap paling wahid. Menyesakkan lagi, negeri Singa itu kini menjadi ‘surga’ bagi para koruptor Indonesia.
Beralih ke negeri jiran Malaysia, yang resmi berdiri pada 31 Agustus 1957. Walau umur Malaysia lebih muda 12 tahun dari Indonesia, tetapi nyatanya mereka terbukti lebih maju. Memprihatinkan lagi, Malaysia tercatat sebagai negara pengimpor Tenaga Kerja Indonesia. Itu artinya, lapangan pekerjaan di sana jelas lebih terbuka ketimbang di sini.
Singapura dan Malaysia telah membuktikan bagaimana sebenarnya cara mengisi kemerdekaan itu. Sedangkan bendera merah putih hanya mampu berkibar meski belum berjaya. Isu korupsi yang berakibat pada kemiskinan dan terorisme yang bersaudara dengan gerakan separatisme agaknya hanya berhenti pada wacana elit politik negeri ini. Kalaupun ada impian ingin menjadikan Indonesia sebagai negara maju, sepertinya itu hanya ada pada pelajaran-pelajaran sekolah. Lalu, benarkah Indonesia sudah merdeka?
■ Ishak H Pardosi
http://monitorindonesia.com/?p=44531
http://monitorindonesia.com/?p=44537
http://monitorindonesia.com/?p=44565
Tidak ada komentar:
Posting Komentar