Sabtu, 06 Agustus 2011

Menunggu Pertarungan Dua Figur Ani di Tahun Kuda

Pilpres 2014 masih akan berjalan tiga tahu kedepan, namun panasnya persaingan sudah mulai terasa jauh hari sebelumnya. Partai-partai sudah berpacu mempromosikan calon presiden dan pendampingnya masing-masing.



SRI Mulyani Indrawati yang diusung sebagai capres oleh Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) pada Pilpres 2014 mendatang meski SMI belum memberikan jawaban- sempat diisukan akan menggandeng Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD. Isu pasangan SMI berpasangan dengan Mahfud sudah terdengar jauh hari sebelum Partai SRI meminang SMI menjadi capres.

Namun Ketua Bidang Komunikasi Publik Partai SRI, Efika Rosemarie membantah kabar tersebut. Menurut Efrika, Partai SRI belum menemukan pasangan yang cocok untuk bertarung dalam bursa calon presiden, termasuk nama Ketua MK, Mahfud MD.

“Kami belum menemuai calon. Kamai memang mendengar ada nama lain tapi partai kami belum memutuskan belum ada yang cocok,” kata Efrika.

Sementara di kubu Partai Demokrat (PD), mengusung nama Ani Yudhoyono sebagai capres, kabarnya, nama Ani Yudhoyono disandingkan dengan Ketum DPP PAN, Hatta Rajasa.

Hajat besar besanan SBY dan Hatta Rajasa juga menjadi simbol bakal terjadinya ‘besanan politik’ di masa depan. Hal ini  sangat potensial terjadi demi melanggengkan dinasti kekuasaan politik di negeri ini, terutama setelah SBY tidak bisa menjadi Capres lagi di 2014 berdasarkan aturan konstitusi.

Dalam konteks itulah besanan SBY-Hatta Rajasa dapat berlanjut ke pelaminan politik di 2014 dengan menduetkan Ani Yudhoyono-Hatta Rajasa sebagai Capres dan Cawapres.

Kalkulasi ini sangat mungkin karena   keduanya memiliki  peluang terbesar dari partainya baik di Partai Demokrat dan di PAN. Duet ini sangat sulit dibendung karena Partai Demokrat tetap dalam kendali penuh SBY sebagai Ketua Dewan Pembinanya serta PAN dalam kendali utuh Hatta Rajasa sebagai Ketua Umumnya.

Bagaimana dengan Puan Maharani? PDIP sebagai partai yang masuk dalam 3 besar di Pemilu 2009 misalnya, saat ini masih gamang dalam mengelus calon. Wacana mengusung Megawati sebagai capres perlahan-lahan mulai memudar. Sementara untuk mengusung Puan Maharani, putri Megawati, masih membutuhkan waktu yang panjang.

Puan Maharani tidak mewarisi kharisma seperti yang dimiliki Megawati. Sehingga Puan akan kesulitan mendapat dukungan dari kader dan simatisan PDIP yang masih menginginkan Megawati sebagai capres.

Melihat kondisi ini, Taufiq Kiemas sebenarnya ingin mempercepat regenerasi politik di PDIP. Caranya dengan menempatkan Puan di kursi kabinet KIB jilid II. Namun keinginan tersebut banyak mendapat tentangan dari sejumlah elit PDIP.

“Kalau melihat peta di internal PDIP akan lebih strategis bila Puan diusung sebagai cawapres. Dengan cara seperti ini setidaknya bisa memberikan pelajaran bagi Puan untuk maju sebagai capres berikutnya,” kata pengamat politik Burhanuddin Muhtadi. Jika begitu, mungkinkah akan terjadi pertarungan dua figur Ani di tahun Kuda?



Indra Maliara
http://monitorindonesia.com/?p=42715
http://monitorindonesia.com/?p=42705
http://monitorindonesia.com/?p=42708
http://monitorindonesia.com/?p=42711
http://monitorindonesia.com/?p=42713

Tidak ada komentar:

Posting Komentar